Jika masing-masing dari kita diminta untuk mengamati
sebuah lukisan, maka ada yang mengamati bentuk lukisannya, ada yang mengamati gradasi
warnanya,ada yang mengamati teknik melukisnya, ada yang mengamati gaya
pelukisnya, atau bahkan mengamati kesalahan dalam pemberian warna. Warnanya
aneh misalnya.
Ada yang langsung takjub sehingga dia menilai bahwa wah
lukisannya bagus, sempurna, saya suka lukisan yang seperti ini. Tidak peduli
bahwa sebenarnya ada coretan warna yang tak senada. Dia tak peduli. Karena dia
memang sudah takjub pada saat pertamakali melihatnya.
Ada juga yang langsung mengkritik lukisan tersebut.
Mungkin dia tidak menyukai warnanya, tidak menyukai genre pelukisnya,
atau tidak menyukai objeknya. Padahal jika dilihat, lukisan tersebut tidak seburuk kritikan orang tadi. Semua didasari oleh letak fokus pada saat penilaian lukisan tersebut. Walaupun lukisan yang kita amati adalah sama, namun yang
kita perhatikan berbeda.
Begitulah
cara pandang. Kita mengenal satu orang yang sama, tapi yang kita kenali berbeda. Dia yang mengenalmu dengan nyata, jelas berbeda dengan dia yang hanya mengenalmu dari “kata
orang”.
Jika kita tidak dapat merubah penilaian orang lain
terhadap kita, maka kita harus belajar memperbaiki
diri kita. Bukan mengharapkan penilaian baik dari orang, tapi untuk meluruskan
penilaian yang kurang relevan dengan kita. Karena beberapa orang hanya
menilai kita disaat kita khilaf.
Sungguh kejam.
-
Semoga
ada manfaatnya. Sampai bertemu di episode selanjutnya.
Cheerio!!
Right
ReplyDelete