Haii Riza, (Ogut nyapa diri sendiri). Kalimat hai apa kabar yang dulu sangat gue harapkan. Senyuman yang gue impikan, dan genggaman tangan serta pelukan yang hanya mampu gue bayangkan. Jauh dari kata tiada. Benar-benar jauh sejauh Pluto (alay).
Saat ini gue hanya ingin mencoba menyapa diri yang sungguh kasihan ini. Yang galau mikirin esok. Padahal belum nentu esok gue masih dikasih hidup. Gue mumet mikirin keinginan hati sama keinginan orang tua, plus mumet mikirin entah hati gue nggak jelas arahnya. Morat-marit, amburadul. Rasanya gue pengin balik di masa gue bayi. Rasanya pengen nge-restrart hidup. Nata hidup dari nol. Gue yakin semua orang pasti pernah dan sering ngerasain ini.
Rindu yang tertimbun mengundang rasa takut dan galau lebay. Gue semakin terpuruk. Berat hati, hilang arah. Tapi setiap racun kemunduran itu datang, setiap frustasi itu datang, setiap mental dan hati gue keguncang, gue selalu inget dua hal. Tatapan dan tutur kata orang yang begitu gue sayangi, makhluk ciptaan Tuhan yang sangat indah hatinya. Dan dengan mudahnya gue mampu kembali untuk menemukan dan meluruskan sebuah arti kehidupan.
Kelihatan banget kan kalo gue lagi galau berat? Lagi berat hati? Awal bulan kok galau? Nggak ngerantau kok rindu? Bodoamat ya, pokoknya Ogut lagi galau ceunah.
Untuk lo cobaan hidup gue, berjanjilah bahwa lo akan ngalah demi bahagianya hati Riza yang imut ini.
Comments
Post a Comment
Feel free to comment on something. I'm open to any feedback or your thoughts as long as it's healthy.