Skip to main content

Featured

Selain donatur, nggak boleh ngatur

Stop merasa memiliki jika tidak berkontribusi apapun.  Stop merasa menjadi tempat pulang jika sedih pahitnya hidup pun ditanggung dia sendiri. Stop merasa menjadi tempat ternyaman jika lapar dan hausnya Abang gofood yang nganterin. Stop mengatur hidup orang lain jika sandang pangan papan bukan lu yang nyukupin. Stop merasa spesial jika hanya mampu ngetik kata semangat hari ini, bangun, jangan lupa makan, jangan lupa ngising. Heii

Sedikit Uvoria, Akan Sedikit Histeria

Kenapa kita sering kecewa? Bahkan kecewa atas sesuatu yang menimpa orang lain? Atau kecewa terhadap keputusan orang lain?

Ekspektasi berlebih akan mengundang patah hati yang berlebih. Tentunya kita sudah sering mendengar seruan untuk nggak selalu berlebihan dalam berekspektasi.

Sedikit uvoria saat Dedy Corbuzier masuk Islam. Dan nggak histeria saat denger kabar kalo mbak Rachel Vennya lepas hijab.

Semua itu wajar ajah terjadi. Manusia naik turun imannya. Mungkin bedanya dengan kita adalah perjalanan hidupnya. Mungkin karena kita hidup dikelilingi orang-orang yang sangat support untuk belajar beragama. Ceramah sana-sini ada. Dan masalah hidup yang kita hadapi pun berbeda dengan mbak Rachel Vennya.

Tapi walau bagaimanapun juga, keputusan untuk melepas hijab adalah kemauannya sendiri. Walaupun kabarnya ada sedikit permasalahan dalam rumah tangganya. Sejujurnya, bukan tugas kita untuk menghakimi ini-itu. Kita nggak ngerti apa beban yang lagi dihadapi orang tersebut.

Keputusannya memang salah dan nggak pantas untuk ditiru. Bahkan mbak Rachel sendiri yang ngomong demikian. Kita nggak bisa ngutak-atik keputusan mbak Rachel. Sekalipun kita tau, keputusannya sangat disayangkan.

Dedy Corbuzier yang masuk Islam pun butuh perjalanan yang cukup panjang. Jadi mualaf itu nggak gampang. Kenapa? Ya karena mualaf bukan hanya sekadar berpindah dari agama yang dahulu, tapi juga masuk ke agama yang baru. Dan perjalanan orang untuk reaching hidayah itu nggak segampang kita nyalain lampu. Nggak segampang kita ketemu ustad terus bisa langsung tercerahkan.

Seorang mualaf belajar dari nol tentang Islam, dimana sebelum itu hatinya pernah disinggahi keyakinan selain Islam. Dan itu nggak gampang.

Mungkin dulu gue sangat bahagia kalo ada orang yang akhirnya menemukan jalan keislamannya. Maksud gue menjadi seorang mualaf. Tapi sekarang gue biasa ajah. Gue banyak belajar dari orang lain untuk merubah pola pikir gue, dan nyingkirin ekspektasi berlebih atas orang yang sudah mualaf.

Contohnya, gue yang dulu egois pengen orang yang mualaf itu mengganti namanya, merubah penampilannya. Yang mana jarang banget gue dapetin disini. Nyatanya mereka biasa ajah. Dan gue kecewa. Karena nggak sesuai dengan harapan gue. It's so sad, dude.

Kayak kita kalo baru kenal orang, terus diam-diam banyak nuntut orang ini seperti bagaimana idealnya atau bahkan seharusnya. Saat kita nemuin satu mili ajah hal yang nggak kita suka, maka gampang ajah kita akan sedih, bahkan kecewa. "Lah gue kira Lo baik dan nggak akan begini, taunya Lo begini juga sama kayak yang lain" . 

Being biasa ajah adalah keputusan yang terbaik. Ngikut nimbrung di kolom komentar untuk nge- Astaghrirullaah -in mbak Rachel nggak akan membuat kita terlihat lebih alim atau lebih pinter. Menghujat mbak Rachel nggak akan menaikkan derajat kita. Membujuk mbak Rachel untuk kembali memakai hijabnya dengan iming-iming, "Kamu lebih cantik kalo pake hijab", nggak lantas segampang itu merubah keputusannya.  Dan yang paling baru, DJ Evelin Nada Anjani juga berhijab. Yeiyyy horee nggak usah uvoria.

Perjalanan seseorang untuk mengenal Tuhan dan agamanya itu masing-masing. Jadi jangan segampang itu kita tetapin parameternya. Jelas berbeda. Mungkin, kita Alhamdulillah terlahir dari keluarga yang taat dan paham agama. Tapi orang lain siapa tau. Ada orang lain di luar sana yang harus belajar sendiri.

Dakwahin non muslim dan memamerkan isi surga juga nggak njamin orang akan langsung masuk Islam. Sama kayak kita manusia umum, yang udah tau berkali-kali bahkan khatam tentang dosa menggunjing, tapi masih ajah bergabung dalam squad. Meminta orang untuk mendengarkan kita itu lebih mudah daripada meminta orang untuk berpikir atas apa yang kita bicarakan.

Kayak gue misal dengerin ceramah, saat itu gue semangat dan fokus banget. Tapi pas sampai rumah nggak ngerti kemana isinya. Karena yang gue lakukan adalah mendengarkan tanpa berpikir. (TANDAIN) Pliss jangan ditiru*

Yookk lanjut!

Denger orang lepas hijab, langsung dikeroyok. Sekan itu dosa paling gede. Dan segampang itu melupakan kebaikannya. Tapi giliran ngeliat perempuan berhijab pacaran, gandengan, bahkan rangkul-rangkulan, dianggapnya hal yang wajar. Denger berita perzinahan juga santuy ajah, gampang ajah dikasih banyak maklum. "Lah namanya juga remaja".

Remaja remaja matamu ucul cah!?

Comments

Popular Posts