Skip to main content

Featured

Selain donatur, nggak boleh ngatur

Stop merasa memiliki jika tidak berkontribusi apapun.  Stop merasa menjadi tempat pulang jika sedih pahitnya hidup pun ditanggung dia sendiri. Stop merasa menjadi tempat ternyaman jika lapar dan hausnya Abang gofood yang nganterin. Stop mengatur hidup orang lain jika sandang pangan papan bukan lu yang nyukupin. Stop merasa spesial jika hanya mampu ngetik kata semangat hari ini, bangun, jangan lupa makan, jangan lupa ngising. Heii

Ada Apa Dengan Hijrah

Ngomongin soal hijrah. Semua orang punya hak untuk berubah, berpindah, dan memperbaiki diri. Mau dulunya orang ini ancur berantakan hampir ngga ada baiknya atau beneran nggak kalap sekalipun. Tapi yang pengin gue kritisin (ngeekk kritisin)  untuk jaman sekarang memang  kata hijrah malah dijadikan bahan becandaan. 

Kata hijrah terlalu kuat untuk orang kayak gue yang lebih sering banyak lupanya dari pada ingetnya. Bukan gue ngerasa gue nggak pantes untuk pegang dan memiliki identitas "hijrah" tadi, tapi karena kemungkinan besar gue hanya akan membuat orang lain berharap lebih akan diri gue. Ekspektasi orang akan diri gue akan tinggi selangit, udah yakin duluan gue nggak akan lagi maksiat entah apapun itu jenisnya. Bukan gue ngga setuju dengan yang katanya "hijrah" bukan. Dulu memang kata hijrah sangat dihormati. Ibaratnya kata keramat. Tapi sekarang kita bisa lihat sendiri bagaimana yang terjadi.

Makin kesini, kata tersebut memang makin jauh maknanya. Gara gara oknum yang suka seenaknya nyelewengin ini itu sampe membentuk pandangan pandangan yang menyimpang. Dan bisa ajah gue termasuk didalamnya. Kayak trend pemakaian kata ukhty, akhy yang akhirnya dijadiin candaan. Termasuk gue. Gue juga akhirnya suka ikutan kepancing mengolok-olok yang katanya ukhty akhy yang gue kira gimana tapi ternyata wadidaw*. Ya salah nggak salah tapi gue tetep nge iya-in gue salah. Ya tanpa gue sadari gue terjerat pada bagaimana stereotype mengikat si ukhty dan akhy ini. 

Di pikiran gue yang model yang begini ya harusnya lebih islami, lebih adem, lebih sopan, lebih terarah, dan yang lebih lebih lagi lainnya. Tapi nyatanya gue ikutan ngetawain dan malu juga sebenernya bahwa ternyata pada kenyataannya banyak yang jadiin candaan. I mean, cuma ikutan trend. Perlu gue contohin apa yang dilakukan oknum tersebut? Contohnya, mereka yang masuk organisasi buat pedekatean, ikut rohis buat kenalan sama mas mas vokalis hadroh atau mungkin mau bucinin yang ngimamin. 

Kok gue semakin kayak nambahin ngerusak citra ukhty akhy yang beneran baik disana ya? Wah kenapa ya? Apakah gue sengaja? Jawabannya enggak. Enggak sama sekali. Gue hanya ingin nyadarin diri gue yang mungkin hampir ikutan menodai citra orang khususnya citra perempuan baik yang real baiknya. (Dahulu kala)*

Gue nggak ngomong semua orang suka begini. Gue cuma lagi emosi. Tapi semoga bisa sedikit menyadarkan. Khususnya nyadarin diri gue sendiri. Gue nggak lagi dongeng. Tapi ini nyata yang gue lihat. Gue temuin yang beginian asli di kehidupan nyata. 

Mata gue minus tapi gue berusaha dengan semampu gue untuk nggak ngebuat akhlak gue ikutan minus juga. Walau gue masih sering bac*t seenaknya tapi harapannya gue nggak lupa untuk mengkoreksi diri sendiri dan semoga tetep ada sesuatu yang bisa diambil hikmahnya. Walau gue masih bodoh dan nggak punya apa apa, harapannya gue nggak menjadi manusia yang diem-diem ajah, yang nggak mau gerak dan nggak mau terus mencari tahu.

Satu hal yang kemungkinan bisa diambil dari gue, begini.

Gue nggak mau hanya sekadar ketemu dan berteman dengan orang. Tapi gue pengin belajar sesuatu dari orang tersebut. Gue nggak mau orang lain kenal gue dan bahkan berteman dekat dengan gue sedangkan orang tersebut nggak bisa dapetin sedikitpun manfaat dari gue. Gue nggak bisa dan nggak mau menganggap semua hal yang datang dalam hidup gue hanya sebatas angin lalu. Sekalipun yang gue temuin adalah hal buruk dan menyakitkan. Atau bahkan seseorang yang keji dan menjengkelkan. Positif thinking ajah mungkin kita dihadapin dengan hal-hal yang memuakkan itu sebagai tanda dan peringatan agar kita nggak melakukan hal yang sama. You know what I am sayying right?

Karena gue tau. Hidup itu tentang kemanfaatan. Untuk apa hidup tanpa manfaat. Untuk apa berilmu tapi pinter Lo hanya untuk diri Lo sendiri. Kalo  Lo  bangga Lo cantik, Lo tampan, Lo pintar, Lo tajir dan semua itu hanya Lo yang nikmati, untuk apa? Untuk apa Lo hidup? Lo terlihat mempunyai semua tapi nggak memberikan sedikitpun kemanfaatan. Lo nggak hidup sendiri. Ada orang lain. Ada gue, ada yang lain, dan makhluk-makhluk yang lebih ngeselin lainnya.

Tapi tetaplah berjuang untuk hidup walau nggak bermanfaat. Tetaplah bergerak walau dalam ruang yang sempit. Tapi jangan mencurangi kemanfaatan hanya untuk penghargaan diri. (Mau dinilai sebagai yang paling paling, superior, maksud gue).

Kalimat terakhir gue makin nggak nggenah. Otak gue udah mau korslet. G bhayy!

Comments

Popular Posts