Skip to main content

Featured

Selain donatur, nggak boleh ngatur

Stop merasa memiliki jika tidak berkontribusi apapun.  Stop merasa menjadi tempat pulang jika sedih pahitnya hidup pun ditanggung dia sendiri. Stop merasa menjadi tempat ternyaman jika lapar dan hausnya Abang gofood yang nganterin. Stop mengatur hidup orang lain jika sandang pangan papan bukan lu yang nyukupin. Stop merasa spesial jika hanya mampu ngetik kata semangat hari ini, bangun, jangan lupa makan, jangan lupa ngising. Heii

My Mood is My Rights

Notes: "Jangan pernah lupa bahwa kita hidup bersama manusia lain".

Tulisan merupakan perwakilan dari perkataan yang nggak mampu dilisankan. Ya, semua orang tau itu. Tulisan merupakan media untuk bicara tanpa bersuara. Oleh karena itu, tulisan gue adalah isi pengalaman hidup gue.

Mari kita bicara soal manusia yang lupa tutorial hidup bertetangga.

Hidup, maka bertetangga. Kenapa? Karena penduduk bumi ini bukan hanya kamu maupun gue seorang.

Karena bumi ini milik Tuhan Semesta Alam, maka kita hidup di bumi ini juga dengan makhluk Tuhan lainnya. Khususnya manusia. Itu artinya, kita akan ketemu sama orang yang majemuk, orang-orang yang mungkin asing bahkan sama sekali nggak kita kenali.

Kita butuh mengerti bagaimana cara hidup bertetangga dari mulai bagaimana kita menghadapi orang lain, bicara dengan orang lain, dan menanggapi orang lain.

Keresahan terdalam ketika gue kenal orang lain entah ini temen gue atau siapapun adalah ketika orang yang gue temui ini orang yang absurd. Gue masih bisa toleransi sama orang yang semrawut semisal preman atau modelan orang jahat ketimbang orang yang suka seenaknya naik turunin mood orang lain.

Kenapa?
Orang yang kayak gini kayaknya layak dibilang nggak ada akhlak. (Please, gue nggak berniat untuk nggak sopan. Gue nulis disini niatnya untuk sewaktu-waktu bisa gue baca lagi untuk ngingetin gue sendiri). Lanjut! 

Orang yang suka seenaknya ke kita contoh kecilnya dalam keseharian nih, ceritanya "Hari ini gue ketemu terus mukanya udah masam kayak orang habis ngamuk atau lagi marah". Tiba-tiba ngomong sama gue dengan nada ketus dan kelakuannya nggak jelas terus gue dipaksa mikir "Gue salah apa??".

Gue nggak bisa tetep tersenyum ramah sama orang yang kayak gini. Bahkan bukan cuma gue, semua orang pasti males untuk ngadepin orang yang kayak gini. Kita dipaksa mengkoreksi dalem dalem kita salah apa? Padahal kita nggak ngerasa punya masalah apapun sebelumnya.

Situasi ini nih antara kita yang terlalu baper atau terlalu peduli dengan orang tersebut. Tapi gimana? Susah untuk nganggep orang ini nggak ada di depan kita. Serasa dijajah lewat batin. Pilihannya ada dua. Antara nyabarin kelakuannya atau kabur ninggalin orang tersebut demi menjaga perasaan kita sendiri. 

Gue? Gue yang memilih untuk kabur. Ngapain tetep disitu. Hi bruhh you don't own me! My life is my own. And who are you? Who are you? And again, who are you?? Beraninya ngebuat otak gue bingung dan hati gue merasa bersalah?

Kita disini hidup nggak sendirian. Ya, gue percaya ada yang namanya watak manusia yang nggak bisa diubah sampai mati sekalipun. Tapi bukankah kita punya otak untuk berpikir? Apakah hanya akan terus membahas soal egois karena "Kamu nggak bisa ngertiin aku?".

Apa-apaan. Lihat, kamu menghancurkan mood orang lain.

Comments

Popular Posts