Skip to main content

Featured

Selain donatur, nggak boleh ngatur

Stop merasa memiliki jika tidak berkontribusi apapun.  Stop merasa menjadi tempat pulang jika sedih pahitnya hidup pun ditanggung dia sendiri. Stop merasa menjadi tempat ternyaman jika lapar dan hausnya Abang gofood yang nganterin. Stop mengatur hidup orang lain jika sandang pangan papan bukan lu yang nyukupin. Stop merasa spesial jika hanya mampu ngetik kata semangat hari ini, bangun, jangan lupa makan, jangan lupa ngising. Heii

Ada Batasan Diantara Kita



Bagi gue, nomor WhatsApp gue adalah privasi gue. Gue nggak suka kalo nomor WhatsApp gue kemana-mana. Mangkanya gue bisa ngamuk kalo gue tau ada orang yang ngasih nomor WhatsApp tanpa seizin gue. Mau orang ngangep gue lebay, nggak papa. Bahkan gue kelihatan lebih dari lebay. Kalo ditanya kenapa? Jawabannya karena gue terlalu takut untuk mengenal banyak orang. Gue nggak mau intense kenal sama orang, ngobrol sama orang yang gue rasa orang ini  nggak punya tujuan ngobrol atau berteman. Gue pasti kelihatan sebagai orang yang serius kan ya?! Wkwkwk. Dimana gue nggak mau kenal dan deket sama orang yang gue nggak yakin orang ini bisa manfaatin gue dan gue bisa dapet manfaat kenal sama dia. Maksud gue, gue nggak mau orang yang berteman sama gue itu sia-sia karena dia buang-buang waktu untuk kenal sama gue yang dia nggak bisa dapetin manfaat apapun. Begitu juga dengan gue.

Yahhh mungkin banyak orang yang menilai gue sebagai orang yang nggak bisa ditebak. Gue sama sekali nggak berharap tebakan orang lain akan gue itu benar. Karena yang gue liat dan dengar kebanyakan meleset. Jauhhh. Apalagi kalo orang ini udah ngerti kalo gue nggak bisa banget gampang ngomong "oke gue percaya". Wauw seakan-akan gue memang beneran membuat batasan yang beneran sangat terbatas. (Kenapa ngelantur)*

Bagi gue, membuat batasan itu penting. Karena ibarat sebuah rumah, nggak sembarangan orang bisa masuk. Ada beberapa orang yang bisa kita bolehin masuk ke kamar, ke ruang tamu atau justru hanya di depan pintu. Yang jelas pembatasan ini bukan untuk semata-mata mengontrol orang lain atau menyusahkan orang lain untuk kenal kita. Tapi untuk mengantisipasi supaya orang nggak seenaknya sama kita. Seenaknya ngambil waktu kita, atau yang lebih sering lagi seenaknya naik turunin emosi kita. Karena gue dan mungkin temen-temen tau bahwa yang namanya emosi itu It's not own by you.

Semua orang punya nilai dan prinsip hidupnya masing-masing. Dan semua orang berhak untuk menjalankan nilai dan prinsip yang mereka miliki. Dengan kita punya batasan kita akan lebih mudah melihat mana keinginan kita dan mana keinginan orang lain. (Singkatnya begitu). Dengan kita buat batasan juga kita bisa mengerti mana orang yang bisa respect ke kita dan mana yang egois. Mana yang beneran mau mengerti posisi kita dan mana yang sukanya maling tenaga dan emosi kita.

Walaupun kadang kita ngerasa takut karena kita dianggap orang yang nggak bisa terbuka dan nggak bisa leluasa dimata orang lain. Jujur, gue juga begitu. Beberapa orang yang pergi ninggalin gue karena gue dianggep nggak bisa terbuka. Gue keliatan nggak bisa nunjukin rasa saling percaya antara gue dengan orang lain. Semua itu gampang ajah narik kesimpulan, yakni karena gue jarang bahkan nggak pernah yang namanya curhat. Dan gue nggak bisa ngapa-ngapain. Karena itu real karakter gue atau bahkan mungkin dianggap personality trait gue. Yang jelas gue juga punya pengalaman lumayan menyedihkan karena gue buat batasan.

Tapi sejujurnya kalo ajah bisa sama sama mau mengerti, batasan itu bukanlah masalah. Sama sekali bukan masalah. Orang nggak bisa terbuka cerita ini itu ke kita, bukan berarti dia nggak percaya sama kita. Dan bukan berarti kita nggak penting dihidupnya. Mungkin sulit dipahami. Namun tetap masih banyak orang yang malas untuk memahami. So, gue hanya ingin bercerita. Barangkali ajah ada yang bisa dipelajari.

Comments

Popular Posts