Menyadarkan orang lain itu mudah. Menyadarkan diri sendirilah yang sulit. Maka dari itulah kita butuh yang namanya teman. Bukan hanya sekadar untuk mengingatkan (minimalnya), tapi juga menuntun ke jalan yang seharusnya. Bukan yang hanya mampu membenar-salahkan, tapi mampu mengarahkan yang salah kepada yang benar.
Bolak-balik aku menyadarkan diri sendiri tentang kebodohan yang terus aku pelihara. Menganggap semua orang mengerti apa yang aku maksudkan. Memaksa keadaan untuk mengikuti tatanan hidup yang aku buat sendiri. Dan sesekali ingin pergi dengan mengharap akan dicari. It's such as bs.
Kita butuh teman. Untuk saling mengkoreksi diri selanjutnya untuk memperbaiki diri. Tidak perlu harus selalu ada disamping kita, seringkali komunikasi lewat do'a lah yang mampu menjaga. Kekuatan do'a begitu kuat.
Aku disini dan kamu yang disana, jarang berjumpa bertatap muka apalagi untuk memeluk. Tapi hati kita selalu dekat. Baik-baik disana, walau tangan tak dapat saling berjabat. Namun do'a akan terus menarik hati kita untuk selalu dekat.
Comments
Post a Comment
Feel free to comment on something. I'm open to any feedback or your thoughts as long as it's healthy.