“Gue capek jadi orang baik. Orang-orang tetep aja nganggep gue anak
semrawud yang hobinya nglantur dan ngga guna sama sekali. Gue capek jadi orang
yang setia. Ngapain gue setia sedangkan nyatanya gue selalu ditinggalin dan dia
lebih memilih yang lain. Gue capek jadi orang yang harus terus ngalah demi
orang yang ngga tau diri. Gue muak dengan semua orang yang gue baikin selama
ini. Tapi nyatanya mereka cuma hadir disaat gue seneng aja. Ah, Basi,”. (Boom!)*
All of the statement above sering saya temuin di social
media, dan bahkan mungkin dari kalian pernah nulis yang beginian. They try
to show that they are
dissapointed, downtrodden, angry, emotional, and perharps justifying himself. Or maybe something else. And I don’t know what’s right. Mungkin ada niat lain dari menumpahkan kemuakkannya itu. But, it’s not a good choice.
Statement tersebut justru memberikan penilaian negatif untuk diri
kita. Mau kamu ngomong “ saya ngga butuh penilaian dari orang lain” tetep aja,
kalimat ini kurang baik diucapkan. Apalagi hanya atas dasar emosi dan pelampiasan
sesaat. Karena kata-kata semacam itu bisa ngerusak diri kamu sendiri, dan merendahkan harga diri kamu sendiri. Atau
mungkin bisa menggores perasaan orang lain. Merasa tersindir, misalnya.
Memang, ngga semua orang bisa kita paksa untuk berpikir dua kali ketika
hendak melakukan sesuatu. Kita juga tidak bisa menyalahkan orang-orang yang
dengan gampangnya dikit-dikit ngamuk, dikit-dikit emosi. Kita ngga ngerti apa
yang lagi dihadapi sama orang ini, dan bagaimana keadaan lingkungan orang ini. But
please, be wise in your actions. Control your emotions, your anger. Dude, our
hearts may be weighed down by these things. Jangan sampai apa yang kita lakukan
malah merugikan diri kita sendiri. Hati-hati, hidupmu sangat berarti lho
dude!
Comments
Post a Comment
Feel free to comment on something. I'm open to any feedback or your thoughts as long as it's healthy.