Tantangan Untuk Menahan Diri

Pada situasi/kondisi tertentu kita dituntut untuk dapat menahan diri. Seperti contoh ketika kita marah. Disitu kita mempunyai dua pilihan. Yang pertama mencoba menahan amarah dan tetap bersikap bijak, atau melepaskan diri kita untuk bersikap emosional.

Kemudian ada lagi kondisi yang mengharuskan kita untuk menahan diri kita. Seperti contoh saat kita hendak melakukan sesuatu yang kita suka dan kita mau banget, tapi kita dituntut untuk menahan semua itu karena sudah ada aturan yang melarang kita untuk melakukan hal tersebut.

Atau lagi contoh recehnya nih bagi kita yang suka diajak ngobrol sama temen kita, sering banget kan obrolan asik itu ternyata membuat kita lupa untuk menahan diri. Saat temen kita lagi curhat ke kita, atau kita lihat ada temen kita yang lagi misuh-misuh ngomongin orang, “ Ehh Si Mawar ternyata anaknya begitu yah. Aku kira dia baik lho”. Nah kita yang mendengar omongan yang kayak gini nih biasanya akan ke-triggered untuk ikutan nambahin minimalnya, “Diihh baru tau yah?. Aku aja kaget pas tau kalau dia…(dst.)”. Apalagi perempuan (not all women) yang katanya seneng banget kalau diajak ngomongin orang.

Menahan diri ini utamanya untuk diri kita sendiri, bukan orang lain. Menahan diri bukan karena semata-mata ingin mengormati perasaan orang lain atau menghindari untuk tidak menyakiti orang lain. Selagi  kita berusaha hidup dan berperilaku sebaik mungkin dengan orang lain, tetapi masih ada yang tersakiti dengan perilaku kita, it is not our problem.

Challenge menahan diri ini memudahkan kita agar menjadi manusia yang lebih bisa menghargai batasan yang ada pada diri kita dan orang lain.